Apa itu Kokurikuler?
Salah satu perubahan mendasar dalam penerapan kurikulum Merdeka berbasis pendekatan Deep Learning adalah hadirnya kokurikuler.
Sebelumnya, bisa dikatakan posisi yang sekarang ini ditempati oleh kokurikuler, diisi oleh P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Tadinya P5 dimaksudkan untuk menanamkan dan mengembangkan siswa Indonesia agar selaras dengan profil lulusan sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Sesuai dengan arah baru pengembangan kurikulum oleh kementrian pendidikan dasar dan menengah, selanjutnya P5 diperluas makna dan isinya menjadi Dimensi Profil Lulusan (DPL). Nantinya DPL inilah yang bisa dikatakan menjadi dasar bagi penerapan kegiatan kokurikuler.
Definisi Kokurikuler
|  | 
| definisi Kokurikuler | 
Dalam definisi mengenai apa itu korikuler di atas, ada istilah kompetensi. Dalam kasus ini, kompetensi yang dimaksud adalah Dimensi Profil Lulusan yang mencakup;
- keimanan danketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
- kewargaan;
- penalaran kritis;
- kreativitas;
- kolaborasi;
- kemandirian;
- kesehatan; dan
- komunikasi.
|  | 
| Dimensi Profil Lulusan | 
Delapan dimensi profil lulusan merupakan hasil dari capaian pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Disamping itu,delapan dimensi profil lulusan menumbuhkembangkan lulusan yang memiliki kepemimpinan efektif yang berintegritas, profesional, dan transformatif.
Rancangan kegiatan kokurikuler sebaiknya mendorong murid bebas bereksplorasi melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan dan bermakna. Kokurikuler berisi kegiatan eksperiensial, langsung, berorientasi pada tindakan dan berdasarkan keterampilan.
Dari landasan tersebut, kegiatan kokurikuler dalam panduan ini disajikan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat, dan/atau cara lainnya untuk memahami, mengaplikasi, dan merefleksi materi terhadap isu atau permasalahan nyata yang relevan bagi murid.
Menurut dokumen Panduan Kokurikuler yang diterbitkan Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler dalam rangka pengembangan kompetensi, terutama penguatan karakter.
Tema dalam pelaksanaan kegiatan kokurikuler berfungsi menyatukan berbagai gagasan yang mengaitkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Satuan pendidikan berperan penting dalam merancang muatan kokurikuler yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan kurikulum, tetapi juga berlandaskan pada potensi dan kekuatan murid serta lingkungannya sebagai titik tolak pengembangan kegiatan. Dengan demikian, kegiatan kokurikuler menjadi ruang tumbuh yang otentik bagi murid untuk belajar dengan cara yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Pentingnya Kokurikuler
|  | 
| Pentingnya peran kokurikuler | 
Dalam upaya mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju, pendidikan bermutu untuk semua adalah komitmen yang harus selalu dipegang teguh.
Komitmen ini tidak cukup diwujudkan hanya melalui pengalaman belajar intrakurikuler dan ekstrakurikuler saja, tetapi juga perlu diperkuat melalui kegiatan kokurikuler yang dirancang secara sistematis, bermakna, dan kontekstual. Kokurikuler memiliki peran strategis untuk menjembatani antara pembelajaran konseptual di kelas dan penerapannya dalam kehidupan nyata, sehingga murid dapat mengembangkan kompetensi secara lebih utuh dan kontekstual. Kompetensi dalam hal ini adalah delapan dimensi profil lulusan.
Kokurikuler juga memiliki peran untuk menciptakan ekosistem belajar yang menyenangkan, bermakna, dan memberdayakan, yang memungkinkan murid tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran mendalam sebagaimana didefinisikan oleh Kemendikdasmen (2025), yaitu pendekatan yang memuliakan manusia dengan menekankan penciptaan suasana belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Pembelajaran ini tidak hanya melibatkan olah pikir, tetapi juga olah hati, olah rasa, dan olah raga, secara holistik dan terpadu.
Dalam praktik kokurikuler, murid tidak hanya diajak memahami konsep, tetapi juga dilibatkan secara emosional dan sosial. Mereka diajak memahami, mengaplikasi, merefleksikan, dan bertindak. Saat murid bekerja sama dalam proyek tematik, menyelesaikan tantangan berbasis konteks nyata, atau berkontribusi dalam kegiatan sosial, mereka sedang menjalani pembelajaran yang menyentuh dimensi intelektual, etika, estetika, dan kinestetik sekaligus.
|  | 
| pentingnya kokurikuler | 
Dengan kata lain, kokurikuler memberi ruang hidup bagi pembelajaran mendalam untuk benar-benar terjadi bukan hanya di kepala murid, tetapi juga di hati, tangan, dan tindakan nyata mereka. Kokurikuler menjadikan satuan pendidikan bukan sekadar tempat belajar, tetapi tempat bertumbuh sebagai manusia seutuhnya.
Tujuan Kokurikuler
|  | 
| Tujuan Kokurikuler | 
| Dimensi | Tujuan | 
|---|---|
| Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME | Dimensi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengacu pada individu yang memiliki keyakinan dan mengamalkan ajaran agama/kepercayaannya, berakhlak mulia, serta menjaga hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan lingkungan. | 
| Kewargaan | Dimensi kewargaan mengacu pada individu yang bangga akan identitas dan budayanya, menghargai keberagaman, menjaga persatuan bangsa, menaati aturan bernegara dan bermasyarakat, serta menjaga keberlanjutan kehidupan, lingkungan, dan harmoni antarbangsa. | 
| Penalaran Kritis | Dimensi penalaran kritis mengacu pada individu yang memiliki rasa ingin tahu, mampu berpikir logis dan analitis, serta mampu menganalisis dan menyelesaikan permasalahan, berargumentasi logis, dan memanfaatkan literasi dan numerasi untuk memecahkan masalah. | 
| Kreativitas | Dimensi penalaran kritis mengacu pada individu yang memiliki rasa ingin tahu, mampu berpikir logis dan analitis, serta mampu menganalisis dan menyelesaikan permasalahan, berargumentasi logis, dan memanfaatkan literasi dan numerasi untuk memecahkan masalah. | 
| Kolaborasi | Dimensi kolaborasi mengacu pada individu yang membiasakan diri untuk peduli dan berbagi, serta membangun kerja sama dengan berbagai kalangan di lingkungan sekitar. | 
| Kemandirian | Dimensi kemandirian mengacu pada individu yang mampu bertanggung jawab, berinisiatif, dan beradaptasi dalam pembelajaran dan pengembangan diri | 
| Kesehatan | Dimensi kesehatan mengacu pada individu yang menjalankan pola hidup bersih dan sehat berdasarkan pemahaman tentang kebugaran, kesehatan fisik dan mental, dan berkontribusi secara positif terhadap lingkungannya | 
| Komunikasi | Dimensi komunikasi mengacu pada individu yang memiliki kemampuan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis ndengan baik dan benar, sesuai etika dalam beragam konteks dan moda. | 
Karakteristik Kokurikuler
|  | 
| Karakteristik Kokurikuler | 
Karakteristik kegiatan kokurikuler bersifat fleksibel dan kontekstual, serta dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan dan kekhasan satuan pendidikan. Namun demikian, kegiatan kokurikuler tidak dirancang secara acak atau sekadar tambahan kegiatan. Kegiatan harus berangkat dari identifikasi dimensi profil lulusan yang ingin dikuatkan atau diperdalam. Dengan menentukan terlebih dahulu aspek dimensi profil lulusan yang menjadi fokus, satuan pendidikan dapat merancang kegiatan kokurikuler yang relevan dan berdampak.
Sebuah kegiatan dapat dikembangkan sebagai bagian dari kokurikuler jika bertujuan untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan, menunjang kegiatan intrakurikuler baik secara langsung maupun tidak langsung, serta memberi pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual bagi murid. Dalam konteks ini, kokurikuler dapat dilaksanakan dalam tiga cara, yaitu:
- Pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu;
- Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH);
- Cara lainnya. Cara lainnya mengacu pada kurikulum satuan pendidikan dan/atau kebijakan pemerintah. Satuan pendidikan dapat memilih cara pelaksanaan kokurikuler disesuaikan dengan analisis potensi dan kebutuhan.
Kriteria kegiatan kokurikuler adalah:
- Memiliki tujuan untuk memperkuat satu atau lebih dari delapan dimensi profil lulusan.
- Mengembangkan tema sebagai muatan pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid.
- Mengelola alokasi waktu secara fleksibel mengacu pada struktur kurikulum yang berlaku.
- Mengembangkan rangkaian kegiatan secara terencana (memuat tujuan, langkah langkah pelaksanaan, dan asesmen).
|  | 
Oleh karenanya, kegiatan kokurikuler seyogyanya didasarkan pada hasil refleksi dan memaksimalkan praktik baik kokurikuler yang sudah berjalan. Misalnya, kegiatan kerja bakti satuan pendidikan dapat dikaitkan dengan nilai kolaborasi yang merupakan salah satu dari delapan dimensi profil lulusan melalui kebiasaan bermasyarakat (dalam 7 KAIH).
Kuncinya adalah bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut dirancang secara sadar, terencana, melibatkan murid secara aktif, dan terhubung dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Dengan demikian, kokurikuler menjadi ruang yang hidup, bermakna, dan menyatu dalam keseharian satuan pendidikan, bukan sekadar agenda tambahan, melainkan bagian dari upaya bersama untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan.
Akhirnya pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan peran guru terkait karakteristik kokurikuler di atas? Guru merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan. Peran guru tidak hanya terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas, tetapi juga meliputi tanggung jawab dalam membentuk karakter, kreativitas, dan kompetensi peserta didik secara utuh. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, salah satu dimensi penting yang harus dipahami guru adalah kegiatan kokurikuler, yang menjadi jembatan antara pembelajaran akademik (intrakurikuler) dengan pengembangan diri (ekstrakurikuler).
Kegiatan kokurikuler memiliki karakteristik unik karena dirancang untuk memperluas dan memperdalam pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran melalui pengalaman nyata. Misalnya, proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) mengajak siswa menerapkan nilai-nilai gotong royong, kemandirian, dan kebinekaan dalam kegiatan berbasis proyek. Di sinilah peran guru sangat krusial: mereka harus mampu merancang aktivitas yang relevan dengan konteks kehidupan peserta didik serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Pemahaman guru terhadap karakteristik kegiatan kokurikuler menentukan keberhasilan proses pembelajaran secara menyeluruh. Guru perlu memahami bahwa kokurikuler bukan sekadar “kegiatan tambahan”, melainkan bagian integral dari kurikulum yang berorientasi pada pembentukan profil pelajar yang berkarakter dan kompeten. Dengan memahami tujuan, prinsip, dan strategi pelaksanaannya, guru dapat mengaitkan kegiatan kokurikuler dengan pembelajaran intrakurikuler sehingga terjadi kesinambungan antara teori dan praktik.
Selain itu, guru juga dituntut untuk mampu menjadi fasilitator yang inspiratif. Dalam kegiatan kokurikuler, peran guru bergeser dari “pemberi informasi” menjadi “pemandu pengalaman belajar”. Guru perlu menyiapkan lingkungan belajar yang mendorong partisipasi aktif, memberikan ruang refleksi, serta menilai proses dan hasil kegiatan secara autentik. Pemahaman mendalam terhadap karakteristik kokurikuler membantu guru mengembangkan kegiatan yang bermakna, relevan, dan berpusat pada peserta didik.
Akhirnya, keberhasilan pelaksanaan kegiatan kokurikuler sangat bergantung pada kesiapan dan kompetensi guru. Ketika guru memahami bahwa kegiatan kokurikuler adalah wahana pembentukan karakter dan penerapan nilai-nilai kehidupan, maka pembelajaran tidak lagi berhenti di ruang kelas, melainkan meluas ke kehidupan nyata. Dengan demikian, guru benar-benar menjadi garda terdepan dalam melahirkan generasi yang berkarakter kuat, berdaya saing global, dan berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Catatan Penulis
Adanya kegiatan Kokurikuler, disamping kegiatan kurikuler/intrakurikuler dan ekstrakurikuler adalah sebuah terobosan yang cukup menarik sekaligus patut didukung oleh semua pihak.
Sesuai dengan tujuannya, kegiatan kokurikuler hadir sebagai penghubung antara pembelajaran kontekstuan di kelas dengan apa yang terjadi pada kehidupan nyata. Ini memberikan peserta didik kesempatan untuk melihat dan memahami pentingnya apa yang mereka telah atau sedang pelajari di kelas.
Segenap insan pendidik harus terus memahami dan berinovasi, khususnya dalam menghadirkan kegiatan kokurikuler, terlebih yang mampu menghadirkan nuansa fun learning sebagai pengalaman belajar siswa disamping tentu saja tetap harus bermakna dan terstruktur.
Mengenai kontroversi perubahan P5 menjadi Kokurikuler yang salah satunya berbasis PJBL (Project Based Learning) yang sempat hangat di awal-awal munculnya kebijakan penerapan Pendekatan Deep Learning, semua itu sudah teratasi. Permendikbud No 22 Tahun 2020 juga sudah diganti dengan Permendikbud No 13 Tahun 2024. Sekarang mari fokus untuk mempersiapkan anak bangsa dengan membekali mereka skill, wawasan dan kompetensi yang sesuai dengan abad 21 yang penuh tantangan. Salah satunya dengan kegiatan kokurikuler yang terstruktur, tidak asal-asalan, holistik dan bermakna.
Sumber Referensi:
- Macam-macam Contoh Kegiatan Kokurikuler Tingkat SMP (esaiedukasi.com)
- Panduan Kokurikuler Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
- Pengantar Supervisi Pembelajaran, Achmad Djailani, M.Pd (2023)
- Panduan Struktur Kurikulum SD Terbaru (esaiedukasi.com)
- Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (2025), Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah.
- P5 Vs 8 Dimensi Profil Lulusan (esaiedukasi.com)
 
Posting Komentar untuk "Apa itu Kokurikuler? "