Widget HTML #1

Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik menjadi salah satu terminologi yang sedang naik daun, khususnya setelah pemerintah menetapkan Kurikulum 2013 / Kurnas.

Hal ini bisa dipahami mengingat salah satu tujuan utama dari kurikulum terbaru itu adalah mempersiapkan generasi muda dalam menyongsong masa depan. Dan salah satu upaya yang dilakukan antara lain dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Pengertian Pendekatan Saintifik

Ada beberapa definisi dari pendekatan saintifik. Beberapa diantaranya adalah : 

Menurut Karar dan Yenice (2012)

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar pembelajar secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Menurut Rusman (2015)

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik secara luas untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu memberikan kesempatan pada murid untuk mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru.

Kemendikbud (2013)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar murid secara aktif menyusun konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, menumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada murid dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Daryanto (2014)

Daryanto mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar murid secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Menurut Hosnan (2014)

Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya murid secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan.

Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Seperti yang diungkapkan Hosnan (2014), beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah  

  • Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi murid. 
  • Membentuk peserta didik agar mampu meningkatkan daya pikir terutama dalam HOTS (high order thinking skill) Mengembangkan keterampilan/kapabilitas berpikir tingkat tinggi.
  • Peserta didik bisa memecahkan masalah dengan runtut dan terstruktur.
  • Suasana pembelajaran yang dihadapi peserta didik bisa menyadarkan mereka bahwa belajar adalah suatu kebutuhan.
  • Peserta didik memperoleh hasil belajar yang baik dan bermakna.
  • Pendekatan saintifik ini bisa membuat peserta didik mengutarakan gagasan dan ide melalui tulisan maupun lisan.
  • Dengan pembelajaran ini karakter peserta didik bisa berkembang ke potensi yang maksimal.
  • Membentuk kemampuan murid dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 
  • Menciptakan kondisi pembelajaran dimana murid merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 
  • Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 
  • Melatih murid dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah  Mengembangkan karakter murid 
Pendekatan Saintifik untuk Pembelajaran
pendekatan saintifik

Langkah Pendekatan Saintifik

Madjid (2014) dan Daryanto memberikan pendapat yang sama dalam hal langkah penerapan pengajaran berbasis saintifik.

1. Observasi

Kegiatan observasi terdiri dari :  

  1. Menentukan objek apa yang akan diamati.
  2. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati.
  3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diamati, baik primer maupun skunder.
  4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diamati.
  5. Menentukan secara jelas bagaimana proses pengamatan akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
  6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti menggunakan buku catatan atau media lainnya.

Kegiatan pengamatan atau observasi dalam proses pengajaran meniscayakan keterlibatan murid secara langsung. 

  • Dalam kaitan ini, pengajar harus memahami bentuk keterlibatan murid secara langsung. Dalam kaitan ini, pengajar harus memahami bentuk keterlibatan murid dalam proses pengamatan tersebut.

2. Bertanya

Pengajar membuka kesempatan kepada peserta didik secara luas untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Daryanto (2014: 65) mengungkapkan bahwa pengajar yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat pengajar bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didik belajar dengan baik.

Ciri Pertanyaan Berkualitas

  • Tidak asal bertanya, (Kemendikbud 2014) pengajar melakukan hal tersebut agar : 
  • Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian murid tentang suatu tema atau topik pengajaran; 
  • Mendorong dan menginspirasi murid untuk aktif belajara,serta mengambangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; 
  • Mendiagnosis kesulitan belajar murid sekaligus menyampikan ancangan untuk mencari solusinya; 
  • Menstruktur tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan sikap, ketrampilan, dan pemahamannya atas subtansi pengajaran yang diberikan; 
  • Membangkitkan ketrampilan murid dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar; 
  • Mendorong partisipasi murid dalam berdiskusi, berargumen, mengambangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan; 
  • Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok; 
  • Membiasakan murid beepikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul; 
  • Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain 

Kriteria pertanyaan yang baik: 

  • Singkat dan jelas; 
  • Menginspirasi jawaban; 
  • Memiliki fokus; 
  • Bersifat probing atau divergen; 
  • Bersifat validatif atau penguatan; 
  • Memberi kesempatan murid untuk berpikir ulang; 
  • Merangsanag peningkatan tuntutan kemampuan kognitif; dan 
  • Merangsang proses interaksi.

3. Mengeksperimen / Mencoba

Hasil belajar yang nyata atau otentik akan didapat bila peserta didik mencoba atau melakukan percobaan. Daryanto (2014: 78) mengungkapkan bahwa aplikasi mencoba atau eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses menanya. Untuk memperoleh hasil belajara yang atau otentik, siswa harus mencarai tahu apa yang sedang dipelajari atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai. 

4. Asosiasi, Eksperimen dan Penalaran

Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar dalam kerangka proses pengajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa pengajar dan siswa merupakan pelaku aktif. 

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Kegiatan menalar  adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dan kegiatan mengumpulkan informasi. (Daryanto, 2014)

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pengajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pengajaran asosiatif. 

Merujuk teori S-R, proses pengajaran akan makin efektif jika siswa makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghbngkan S dengan R. 

Kaidah teori S-R 

  • Kesiapan (readiness). 
  • Latihan (Exercise). 
  • Pengaruh (effect). 

Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada siswa berkenaan dengan nilai-nilai intrinsik dari pengajaran partisipatif. Dengan cara ini siswa akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja pengajar dan temannya di kelas.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka; 

  • Pengajar hendaknya merusmuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan siswa; 
  • Pengajar bersama siswa mempersiapkan perlengkapan yang digunakan; perlu memperhitungkan tempat dan waktu; 
  • Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan siswa; 
  • Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen;
  • Guru membagi kertas kerja kepada siswa; 
  • Siswa melaksanakan eksperimen dengan bimbingan pengajar; dan 
  • Pengajar mengumpulkan hasil kerja siswa mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

6. Mengkomunikasikan

Pengajar diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam pendekatan saintifik. Daryanto (2014: 80) mengungkapkan bahwa kegiatan mengkomunikasikan dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.

Pada pendekatan saintifik pengajar diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. 

Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswaatau kelompok siswa tersebut. Kegiatan presentasi atau berbagi hasil kerja dalam kegiatan pengajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, adalah menyampiakan hasil pengamatan , kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Referensi Terkait Pembelajaran : 

Guritno Adi
Guritno Adi Penulis adalah seorang praktisi, inovator dan pemerhati pendidikan. Memiliki pengalaman terjun di dunia pendidikan sejak 2007. Aktif menulis di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Blog yang sedang Anda baca adalah salah satu situs miliknya. Memiliki kerinduan untuk melihat generasi muda menjadi generasi pemenang yang siap menyongsong era Industri 4.0

Posting Komentar untuk "Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran"