Tahap Perencanaan Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler adalah salah satu bentuk pembelajaran yang wajib dilakukan di satuan pendidikan. Pemerintah sudah menerbitkan Panduan Kokurikuler melalui Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan. Untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan kegiatan ini, maka dibutuhkan perencanaan kegiatan kokurikuler yang baik.
Tahap perencanaan kegiatan kokurikuler sendiri merupakan langkah awal yang berfungsi memetakan tujuan, bentuk dan bahkan cara melakukan asesmen setelah pelaksanaan kegiatan tersebut.
Lalu apa saja tahapan-tahapan yang ada dalam perencanaan kokurikuler untuk satuan pendidikan? Berikut adalah tahapannya:
- Penentuan Tim Kerja Kokurikuler
- Analisis Satuan Pendidikan
- Membuat Perencanaan Berdasarkan Hasil Analisis
Setiap tahapan di atas memiliki tujuan masing-masing dan sebaiknya memang dilakukan secara berurutan agar kegiatan kokurikuler bisa dilaksanakan secara terstruktur dan bermakna.
Penentuan Tim Kerja Kokurikuler
Tahapan kerja pertama dalam pengembangan kegiatan kokurikuler adalah pembentukan tim kerja. Pembentukan tim ini dilakukan untuk memastikan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan kokurikuler berjalan secara terstruktur, kolaboratif, dan berkesinambungan.
Pada awal tahun ajaran, kepala satuan pendidikan membentuk tim kerja kokurikuler yang terdiri atas kepala satuan pendidikan, guru yang ditugaskan sebagai koordinator kokurikuler (dalam peraturan yang mengatur beban kerja guru disebut koordinator pembelajaran berbasis projek), guru kelas dan/atau guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, serta warga satuan pendidikan lainnya yang relevan. Pembentukan tim ini merupakan wujud nyata kepemimpinan kepala satuan pendidikan dalam merancang kegiatan kokurikuler yang berdampak bagi penguatan kompetensi murid.
Dalam pelaksanaannya, tim ini berperan sebagai perancang, pengelola, sekaligus pendamping murid selama proses kokurikuler berlangsung. Berikut pembagian peran dalam tim kerja kokurikuler.
| Jabatan | Peran |
| Kepala Sekolah |
|
| Koordinator Pembelajaran Berbasis Projek (Koordinator Kokurikuler) |
|
| Guru Mata Pelajaran/ Guru Kelas sebagai fasilitator kokurikuler |
|
| Tenaga Kependidikan |
|
Analisis Satuan Pendidikan
Tahapan kerja selanjutnya adalah analisis satuan pendidikan. Kegiatan kokurikuler memiliki tujuan akhir untuk mencapai delapan dimensi profil lulusan melalui kurikulum satuan pendidikan, sehingga semua bentuk kegiatan kokurikuler berorientasi pada kebutuhan belajar murid dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.
Pemanfaatan analisis ketika menyusun kurikulum satuan pendidikan menjadi dasar
perencanaan kegiatan kokurikuler. Analisis satuan pendidikan yang dimaksud dalam
perencanaan kokurikuler merupakan analisis lanjutan yang berfokus untuk memetakan
tujuan dan perencanaan kegiatan kokurikuler agar berbasis pada kebutuhan satuan
pendidikan dan murid.
Analisis lanjutan untuk perencanaan kokurikuler terkait dengan
kebutuhan belajar murid, sumber daya yang dimiliki oleh satuan pendidikan, pemanfaatan
sumber daya tersebut pada kegiatan kokurikuler, serta fasilitasikebutuhan belajar murid.
Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya kepala satuan pendidikan memimpin diskusi dengan pendidik, melakukan observasi, memeriksa dokumen hasil pembelajaran, dan analisis untuk mengidentifikasi delapan dimensi profil lulusan yang masih memerlukan penguatan. Dimensi yang masih memerlukan penguatan, cara melakukan penguatan, dan tindak lanjut dari kegiatan penguatan dimensi tersebut.
Dalam melakukan analisis, satuan pendidikan perlu memperhatikan:
- Sumber daya fisik (ruang kelas, lapangan, ruang pertemuan, laboratorium, dan lainnya)
- Sumber daya manusia (keahlian khusus yang dimiliki guru, orang tua, alumni, dan mitra belajar lainnya yang dapat dimanfaatkan)
- Sumber daya finansial (mempertimbangkan kondisi finansial satuan pendidikan dan kondisi sosial ekonomi keluarga murid)
- Sumber daya lingkungan (memanfaatkan fasilitas dan daya dukung lingkungan fisik dan non fisik di sekitar satuan pendidikan seperti museum, sanggar, hutan kota, sawah, kebun perangkat desa, instansi pemerintah, dan lainnya) Secara khusus terkait pemanfaatan sumber daya lingkungan yang sifatnya bermitra. Ketika satuan pendidikan memanfaatkan sumber daya lingkungan sebagai mitra, perlu dipastikan mitra tetap mendapatkan umpan balik atau manfaat dari kegiatan kokurikuler yang dilakukan.
Membuat Perencanaan Berdasarkan Hasil Analisis
Tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan berdasarkan hasil analisis. Setelah melakukan keempat analisis sebelumnya, maka inilah tahapan selanjutnya, yaitu menentukan dimensi profil lulusan, tema dalam kegiatan kokurikuler, bentuk kegiatan kokurikuler, tujuan pembelajaran, alokasi waktu, merancang aktivitas dan merancang asesmen.
Menentukan Dimensi Profil Lulusan
Hasil analisis pada tahapan sebelumnya menjadi dasar satuan pendidikan menentukan dimensi profil yang akan disasar dalam kegiatan kokurikuler. Berikut ilustrasi penggunaan hasil analisis satuan pendidikan untuk menentukan dimensi yang akan dicapai melalui kegiatan kokurikuler:
- Hasil analisis menunjukkan tingkat pemakaian gawai murid semakin meningkat. Kadang hal ini memicu penyebaran informasi yang belum sesuai dengan usia murid. Dengan kondisi ini, dimensi yang sebaiknya dibangun adalah penalaran kritis. Murid diharapkan dapat menyaring dan memilah informasi dari internet.
- Tahun ini, kami membuka kelas baru di jenjang TK-A karena permintaan yang meningkat. Di semester pertama, kami akan membangun fondasi dari dimensi kemandirian murid terlebih dahulu.
- Data menunjukkan semakin banyak orangtua murid yang berprofesi sebagai wiraswasta dan mayoritas berada di bidang UMKM dan pariwisata. Pemerintah Daerah juga berencana membuka beberapa area wisata baru dalam waktu dekat. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk membangun dimensi kreativitas dan kolaborasi murid.
- Data menunjukkan perusahaan yang bekerja sama dengan satuan pendidikan untuk menjadi tempat murid magang adalah perusahaan dari luar negeri. Untuk mengimbangi hal tersebut saya rasa baik untuk menguatkan dimensi kewargaan murid, demi menjaga nasionalisme tetap tumbuh.
Menentukan Tema
Keberadaan tema berfungsi mengaitkan kegiatan kokurikuler sesuai dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Tema dikembangkan oleh satuan pendidikan diperbolehkan menggunakan inspirasi tema dalam panduan ini. Namun satuan pendidikan didorong untuk membuat tema-tema lain yang kontekstual dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Referensi tema sebagai inspirasi:
- Generasi sehat dan bugar
- Peduli dan berbagi
- Aku cinta Indonesia
- Hidup hemat dan produktif
- Berkarya untuk sesama dan bangsa
- Gaya hidup berkelanjutan
- dan tema-tema lainnya
Bentuk Kegiatan Kokurikuler
Dalam panduan ini, kegiatan kokurikuler diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama yang dapat dipilih dan dikembangkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik murid dan konteks satuan pendidikan. Kokurikuler pada pendidikan kesetaraan dilaksanakan paling sedikit melalui pemberdayaan dan keterampilan. Kokurikuler pada satuan PAUD dapat diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler atau diberikan tema dan alokasi waktu tersendiri. Integrasi dapat dilakukan selama tujuan dan hasil pembelajaran untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan.
Ketiga bentuk utama kokurikuler adalah:
a. Kegiatan kokurikuler melalui pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu.
Pembelajaran kolaboratif lintas disiplin merupakan kegiatan kokurikuler yang mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran dalam satu tema yang relevan dengan kehidupan nyata murid.
Tujuannya adalah membantu murid melihat keterkaitan antarilmu sebagai upaya mengembangkan delapan dimensi profil lulusan serta memperdalam pemahaman melalui pengalaman kontekstual.
Tema yang akan digunakan dapat ditentukan oleh satuan pendidikan dengan didasarkan pada hasil analisis potensi dan kebutuhan satuan pendidikan serta dimensi profil lulusan yang perlu ditingkatkan.
Lintas disiplin ilmu di PAUD dapat dipahami seperti layaknya lintas aspek perkembangan pada elemen Capaian Pembelajaran PAUD. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAUD yang holistik.
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) berbasis kebiasaan dan pembelajaran mendalam yang mengedepankan pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Dalam rangka mencapai sebuah kebiasaan diperlukan pembiasaan, dan pembiasaan memerlukan ekosistem pendukung yang dilakukan bersama mitra yang disebut dengan Catur Pusat Pendidikan.
Kegiatan kokurikuler G7KAIH ini fokus pada pembentukan karakter murid melalui pembangunan pembiasaan positif yang dilakukan secara rutin, konsisten, dan terencana. Ketujuh kebiasaan tersebut meliputi: 1) Bangun pagi; 2) Beribadah; 3) Berolahraga; 4) Makan sehat dan bergizi; 5) Gemar belajar; 6) Bermasyarakat, dan 7) Tidur Cepat.
Sebagai kegiatan kokurikuler, G7KAIH bukan sekedar ajakan moral atau slogan harian, melainkan bagian dari proses pendidikan karakter yang perlu dirancang melalui identifikasi kebutuhan, tujuan yang jelas, langkah pelaksanaan yang sistematis, pendampingan, dan asesmen untuk merefleksikan perubahan kebiasaan dan sikap murid. Pada satuan PAUD, kegiatan kokurikuler G7KAIH dapat diintegrasikan dengan intrakurikuler selama tema dan kegiatan terkait dengan 7KAIH.
Implementasi 7KAIH dapat dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas yang menggembirakan, seperti jurnal kebiasaan harian, tantangan kelas mingguan, kampanye kebiasaan baik, turun ke lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama, riset, hingga aksi kolaboratif antar kelas atau tingkat.
Penguatan karakter melalui G7KAIH dilakukan beberapa tahapan, antara lain penentuan dimensi profil lulusan, penentuan tema, penentuan pembiasaan (pelaksanaan G7KAIH), penyusunan perencanaan kokurikuler, pelaksanaan kokurikuler, dan evaluasi dan tindak lanjut.
Dalam penyusunan perencanaan memperhatikan praktik pedagogis yang dilakukan, lingkungan dan kemitraan pembelajaran, pemanfaatan teknologi digital, aktivitas kegiatan yang dilakukan, dan evaluasi dan tindak lanjut.
Pada tahapan evaluasi terdiri asesmen dan evaluasi serta tindak lanjut. Asesmen yang dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi setelah dilakukan pembiasaan. Evaluasi yang dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan kokurikuler, dengan melihat masukan (input), proses (process), hasil (outcome. Dan tindak lanjut merupakan kebijakan atau program atau aktivitas yang akan dilakukan setelah melihat hasil asesmen dan evaluasi untuk menyempurnakan keluaran maupun hasil yang dicapai yang dihasilkan
c. Kegiatan Kokurikuler melalui cara lainnya.
Bentuk kegiatan kokurikuler dalam kategori cara lainnya berupa kegiatan kokurikuler ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal dan kegiatankegiatan berbasis nilai-nilai satuan pendidikan, dan kegiatan satu disiplin ilmu yang dalam aktivitasnya terjadi kolaborasi beragam keilmuan dan keahlian. Dalam hal ini, satuan pendidikan diberi kebebasan untuk mengembangkan bentuk kegiatan kokurikuler lain yang sesuai dengan nilai-nilai satuan pendidikan, potensi satuan pendidikan, kebutuhan murid, dan konteks lokal, sepanjang kegiatan tersebut memenuhi kriteria kokurikuler.
Kegiatan yang dirancang oleh satuan pendidikan berdasarkan keunikan lokal, nilai-nilai khas satuan pendidikan, potensi yang berkembang di masyarakat sekitar, dan kekayaan budaya atau sosial di daerah tersebut. Misalnya, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan kelas membatik, belajar permainan tradisional, praktik bertani atau berkebun, sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan lokal sekaligus menanamkan kecintaan terhadap lingkungan dan budaya sendiri.
Kegiatan berdasarkan nilai-nilai khas lembaga atau yayasan, seperti nilai keislaman di satuan-satuan Pendidikan dan/atau pondok pesantren yang berafiliasi dengan lembaga keislaman, nilai kristiani di satuan pendidikan Kristen/Katolik, atau terafiliasi dengan Lembaga agama lainnya. Kegiatan dari monodisiplin seperti pagelaran seni, karena dalam aktivitas pagelaran seni terjadi kolaborasi keilmuan dan keahlian seni serta bidang lainnya yang mendukung.
Bentuk kegiatan kokurikuler “cara lainnya” ini mengakui bahwa setiap satuan pendidikan memiliki identitas, konteks, dan kekuatan unik yang patut diangkat dan menjadi sumber belajar. Selama kegiatan tersebut dirancang secara terencana, melibatkan murid secara aktif, terdapat asesmen yang relevan dengan mata pelajaran, serta berorientasi pada delapan dimensi profil lulusan, maka kegiatan tersebut merupakan kokurikuler. Berikut tahapan pengembangan kegiatan kokurikuler cara lainnya.
Menentukan Tujuan Pembelajaran
Setelah menentukan delapan dimensi profil lulusan, memilih tema yang relevan, dan menetapkan bentuk kegiatan kokurikuler, langkah penting berikutnya adalah merancang tujuan pembelajaran kokurikuler.
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang menggambarkan arah, capaian, dan hasil yang diharapkan dari suatu proses belajar yang dijalani murid. Tujuan pembelajaran dalam konteks kokurikuler merupakan gambaran hasil yang diharapkan setelah melaksanakan kokurikuler. Komponen tujuan pembelajaran adalah gabungan antara kompetensi yang ingin dibangun dan konten atau muatan nilai yang ingin ditanamkan. Kompetensi merujuk pada kemampuan murid delapan dimensi profil lulusan. Sementara itu, konten dapat berupa tema proyek, kebiasaan positif, nilai-nilai khas satuan pendidikan, atau isu kontekstual yang menjadi ruang belajar bagi murid.
Menentukan Alokasi Waktu
Langkah pertama merancang alokasi waktu kegiatan kokurikuler adalah mengidentifikasi jumlah total jam kokurikuler yang dimiliki setiap kelas. Jumlah jam tersebut diatur dalam Peraturan Menteri tentang implementasi kurikulum.
Dalam pengorganisasian kegiatan kokurikuler, guru memiliki alokasi waktu sesuai dengan ketentuan pada tabel di atas. Selain itu, koordinator pembelajaran berbasis proyek (koordinator kokurikuler) juga mendapatkan beban kerja tambahan sebesar 2 jam tatap muka per rombongan belajar, maksimal 3 rombongan belajar sehingga totalnya 6 jam 32 Panduan Kokurikuler pelajaran. Lebih lanjut, setiap guru memiliki kesempatan untuk menjadi koordinator pembelajaran berbasis proyek (koordinator kokurikuler), sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan satuan pendidikan.
Merancang Aktivitas
Pengembangan aktivitas dalam kegiatan kokurikuler perlu mempertimbangkan pengalaman belajar dalam pembelajaran mendalam, yaitu memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Ketiga pengalaman belajar tersebut diupayakan ada dalam rangkaian kegiatan kokurikuler. Sebagai satu rangkaian, kegiatan kokurikuler juga perlu dirancang beralur. Satuan pendidikan dapat menetapkan secara mandiri jumlah dan apa saja aktivitas yang akan dilakukan pada setiap tahapan, sesuai alokasi waktu yang disepakati.
Ada banyak jenis aktivitas pembelajaran yang bisa menjadi kegiatan kokurikuler. Berikut beberapa jenis aktivitas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai referensi/inspirasi:
Aktivitas yang bersifat praktikal
Misalnya kegiatan berkebun, bertukang, mengolah bahan pangan, membuat model/maket/instalasi, berniaga, kegiatan olah fisik, dan masih banyak lagi.
Aktivitas keagamaan
Bentuk kokurikuler melalui kegiatan keagamaan dapat menguatkan karakter murid dengan mengaplikasikan pemahaman agamanya di kehidupan nyata. Sebagai contoh, kegiatan kokurikuler murid beragama Islam adalah dengan terlibat di kegiatan penyembelihan hewan Qurban di lingkungan sekitar rumahnya. Pengalaman tersebut lalu disajikan dalam suatu bentuk khusus yang dapat dibagikan dengan teman sekelas.
Kunjungan/pemanfaatan fasilitas umum
Ada banyak fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang belajar dalam kegiatan kokurikuler, misalnya cagar budaya, museum, perpustakaan daerah, kantor pemerintahan, tempat ibadah, pasar, sanggar budaya, dan sebagainya. Menggunakan transportasi umum seperti angkutan kota atau kereta menuju ke sebuah lokasi juga bisa menjadi media kegiatan kokurikuler.
Aktivitas penelitian yang melibatkan pengumpulan dan penyajian data
Pengumpulan data dapat terkait diri sendiri, orang lain, atau hal lain yang diamati. Pengumpulan data diri terkait pembiasaan, perkembangan emosi dan kesadaran berpikir, misalnya menggunakan jurnal ibadah, jurnal olahraga, catatan perkembangan pemikiran, jdan sebagainya. Pengumpulan data yang melibatkan orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan metode lain. Kegiatan pencatatan dan penyajian data dapat dilakukan lewat presentasi, pembuatan infografis, video blog, dan bentuk-bentuk lain sesuai rancangan kokulikuler.
Aktivitas penelitian berbasis riset dan studi literatur
Bentuk kegiatannya antara lain mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti buku referensi, situs, video, infografis, atau sumber lain. Informasi yang didapat lalu didiskusikan, dianalisis, dan disajikan dalam berbagai bentuk sesuai kapasitas dan sumber daya satuan pendidikan.
Aktivitas yang bersifat advokasi
Misalnya kampanye, sosialisasi, penyuluhan, talkshow, penyampaian aspirasi kepada pejabat pemerintah, dan bentuk-bentuk kegiatan lain. Materi yang digunakan dalam aktivitas advokasi menyangkut isu-isu penting yang seharusnya menjadi perilaku masyarakat seperti hemat energi, bahaya rokok, menanam tanaman untuk ketahanan pangan.
Pelibatan narasumber
Sebagai salah satu unsur dalam catur pendidikan, satuan pendidikan didorong untuk melibatkan masyarakat. Salah satunya dengan cara menjadi narasumber untuk berbagi pengetahuan/keterampilan terapan yang dikuasai.
Misalnya melakukan wawancara dengan tokoh adat setempat, pelaku UMKM, orangtua murid yang memiliki beragam pekerjaan, dan sebagainya.
Agar kemitraan dengan masyarakat optimal, saat melakukan identifikasi awal, satuan pendidikan perlu memetakan potensi dan situasi masyarakat secara utuh menyeluruh. Narasumber juga mendapatkan manfaat dari perannya sebagai narasumber dalam kegiatan kokurikuler, misalnya mendapatkan masukan dari satuan pendidikan tentang pola kerja baru, peningkatan penjualan, pengalaman baru berinteraksi dengan murid-murid, jejaring dengan pihak satuan pendidikan.
Merancang Asesmen
Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari kegiatan kokurikuler. Melalui asesmen, guru dan murid bersama-sama merefleksikan tujuan pembelajaran yang telah dijalani, khususnya berkenaan dengan pencapaian delapan dimensi profil lulusan. Asesmen dari kegiatan kokurikuler dilaporkan dalam kolom tersendiri pada rapor hasil belajar. Bentuk pelaporan secara umum, tidak selalu harus mengacu pada Capaian Pembelajaran dari suatu mata pelajaran.
Asesmen dalam kegiatan kokurikuler menggunakan asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen formatif dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik yang bersifat membangun, membantu murid merefleksikan pembelajarannya, dan memberikan informasi bagi guru untuk menyesuaikan strategi pembelajaran.
Contoh bentuk asesmen formatif diantaranya jurnal refleksi harian murid, observasi keterlibatan murid, tanya-jawab terbuka, umpan balik teman sebaya, penilaian diri, dan bentuk lainnya, Asesmen sumatif dilakukan pada akhir kegiatan kokurikuler untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Asesmen ini mencakup hasil akhir yang dihasilkan murid, baik berupa karya, aksi, maupun presentasi.
Contoh bentuk asesmen sumatif dengan teknik penilaian kinerja berupa poster kampanye yang dibuat murid dalam proyek kolaboratif, presentasi akhir proyek kokurikuler, laporan pengamatan atau refleksi tertulis, produk berbasis kebudayaan lokal (dalam bentuk karya seni, video, atau pertunjukan), lembar penilaian kebiasaan (dalam G7KAIH) berdasarkan catatan harian, dan bentuk penilaian lainnya.
Dalam pelaksanaan kokurikuler, satuan pendidikan dapat membuat rencana kegiatan untuk satu tahun ajaran. Dalam pelaksanannya, satuan pendidikan bisa memilih jenis kokurikulernya berdasarkan hasil analisis.




Posting Komentar untuk "Tahap Perencanaan Kegiatan Kokurikuler"