Display Ad

Mengenal Macam-Macam Gaya Belajar Anak, Apakah Benar Ada?

gaya belajar adalah pseudo-sains
gaya belajar adalah mitos

Setiap anak merupakan pribadi yang unik sehingga mereka memiliki ciri khas masing-masing, termasuk gaya belajar. Ada anak yang lebih suka mengikuti pembelajaran yang melibatkan aksi langsung, gerak fisik ataupun menyanyi, namun ada juga yang menyukai ketenangan. 

Studi mengenai gaya belajar ini sudah lama dikembangkan sejak para pendidik menyadari bahwa setiap anak punya tipe belajar yang berbeda. 

Apakah Benar Anak Punya Gaya Belajar Berbeda yang Terlampau Ekstrim Satu dengan Lainnya?

macam-macam jenis gaya belajar siswa
macam-macam jenis gaya belajar siswa

Dalam sebuah artikel menarik berjudul The Learning Styles Educational Neuromyth: Lack of Agreement Between Teachers' Judgments, Self-Assessment, and Students' Intelligence yang dipublikasikan melalui website Frontiers, Marietta Papadatou-Pastou membuka tulisannya mengenai begitu langkanya basis teoritik mengenai gaya belajar ini.

Meski Papadatou-Pastou telah memberikan penjelasan yang cukup baik mengenai adanya perbedaaan gaya belajar siswa tersebut, dengan memberikan semacam daftar pertanyaan berisi tiga opsi untuk dijawab oleh mereka (auditori, kinestetik dan visual), namun rasanya belum menjangkau inti dari kritik terhadap kontroversi keberadaan gaya belajar ini: yaitu basis teoritik yang jelas. 

Julie Henry, jurnalis dari Telegraph, menulis sebuah artikel bernada satir untuk menanggapi isu mengenai gaya belajar ini. Melalui artikelnya yang sangat fantastik berjudul Professor pans 'learning style' teaching method, Henry mengulas pendapat dari Baronesse Grenfield, seorang profesor di Oxford University mengenai hal ini. 

Dalam tulisannya, termuat bagaimana Profesor Greenfield 'dengan lantang' mengatakan bahwa sangat kurang bukti untuk menyatakan dengan tegas adanya gaya belajar siswa dan bagaimana ia mengatakan melakukan pembelajaran berbasis isu tersebut sangat membuang-buang waktu. 

Salah satu bagian yang menarik untuk dipertimbangkan, khususnya bagi para pendidik tanah air yang gemar mendengar pelatihan-pelatihan tentang VAK (visual, auditori dan kinestetik) adalah sebagai berikut: 

"The rationale for employing Vak learning styles appears to be weak. After more than 30 years of educational research in to learning styles there is no independent evidence that Vak, or indeed any other learning style inventory, has any direct educational benefits."

Tentu ini menarik karena Profesor Greenfield tidak sendirian. Banyak psikolog pendidikan telah menunjukkan bahwa ada sedikit bukti untuk efektivitas sebagian besar model gaya belajar, dan selanjutnya, bahwa model-model tersebut sering didasarkan pada landasan teoritis yang meragukan. 

Menurut profesor dan tokoh dunia pendidikan Steven Stahl, telah terjadi "kegagalan total untuk menemukan bahwa menilai gaya belajar anak-anak dan mencocokkan dengan metode pembelajaran memiliki efek apa pun pada pembelajaran mereka." 

Profesor pendidikan Guy Claxton telah mempertanyakan sejauh mana gaya belajar seperti VARK membantu, terutama karena mereka cenderung memberi label pada anak-anak dan oleh karena itu membatasi pembelajaran.

Demikian pula, psikolog Kris Vasquez menyoroti sejumlah masalah dengan gaya belajar, termasuk kurangnya bukti empiris bahwa gaya belajar bermanfaat dalam mencapai prestasi siswa, tetapi juga kekhawatirannya yang lebih serius bahwa penggunaan gaya belajar di kelas dapat membuat siswa mengembangkan teori-teori implisit yang membatasi diri tentang diri mereka sendiri yang dapat menjadi ramalan diri yang menjadi kenyataan yang merugikan, daripada bermanfaat, untuk tujuan melayani keragaman siswa."

Pendapat dari tiga ahli terakhir bisa dijelajahi lebih lanjut di artikel Wikipedia, khususnya yang membahas counter-counter mengenai gaya belajar. 

Kritik Keras Atas Asumsi Berlebihan terkait Gaya Belajar Siswa

Untuk bacaan lebih menohok, silahkan luangkan waktu dan nikmati tulisan cukup panjang namun berbobot dari Lynn Curry melalui opini dan argumennya yang termuat dalam tulisan berjudul A Critique On The Research Of Learning Styles

Kredit dan penghormatan wajib disematkan pada Lynn Curry, terlepas apakah tulisan cadasnya tersebut menerbitkan kontroversi berikutnya atau tidak. 

Tulisan lain yang seharusnya wajib dibaca serta diulas, baik oleh para calon sarjana FKIP dan dosen-dosen yang menilai isu ini penting adalah dari James Villanueva, yang salah satu sumber referensinya juga mengacu pada Lynn Curry. 

Nuansa yang ada di publikasi Villanueva yang merupakan alumni West Point itu seharusnya cukup memantik gelora ingin tahu untuk menelisik lebih lanjut mengeni mitos-mitos di dunia pendidikan dan pedagogi. Dalam Learning Styles: Persistent Myth or A Concept with Merit? itu, Villanueva akan menjelaskan banyak hal, baik itu latar belakang maupun landasan dari argumen-argumennya terkait isu macam-macam gaya belajar siswa. 

Macam-Macam Gaya Belajar Anak

Sekarang sampailah kita pada poin untuk membahas macam-macam gaya belajar siswa yang katanya harus difasilitasi sedemikian rupa melalui model pembelajaran berdiferensiasi, meskipun untuk isu mengenai koneksi dua hal tersebut layaknya dibahas di kesempatan yang lain. 

Dalam banyak sumber, dibahas tiga jenis utama dari macam-macam gaya belajar anak. Sedang di sumber yang lain mencatat ada empat, dimana jenis yang terakhir adalah gabungan dari tiga tipe lainnya. Jenis-jenis gaya belajar tersebut adalah:

  1. Auditori
  2. Visual
  3. Kinestetik
  4. Gabungan 

Tipe-tipe belajar anak merupakan konsep yang penting dalam bidang psikologi dan pedagogi untuk memahami bagaimana anak-anak memproses informasi dan belajar dengan cara yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian oleh para ahli, ada beberapa tipe belajar anak yang umum dikenal, yaitu:

Tipe belajar visual mencakup anak-anak yang lebih suka belajar melalui gambar, diagram, dan ilustrasi. Mereka cenderung memahami dan mengingat informasi dengan lebih baik ketika disajikan dalam bentuk visual. Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia dapat memproses informasi visual dengan lebih efisien daripada informasi verbal atau tulisan.

Anak-anak dengan tipe belajar auditif lebih memilih belajar melalui pendengaran. Mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik melalui pengucapan kata-kata, ceramah, dan pembicaraan. Bagi mereka, mendengarkan materi pelajaran secara verbal atau menjelaskan konsep-konsep secara lisan lebih efektif daripada membaca teks atau melihat gambar.

Tipe belajar kinestetik melibatkan gerakan fisik atau pengalaman langsung. Anak-anak dengan tipe belajar ini lebih baik memahami materi pelajaran ketika mereka dapat menggerakkan tubuh atau berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang terkait dengan pembelajaran. Misalnya, mereka mungkin memerlukan eksperimen langsung, proyek praktikum, atau permainan peran untuk memperkuat pemahaman mereka.

Beberapa anak mungkin memiliki preferensi belajar yang kombinasi dari dua atau lebih tipe di atas. Mereka dapat merespons dengan baik terhadap berbagai metode pengajaran yang melibatkan elemen visual, auditif, dan kinestetik. Pendekatan belajar multimodal memungkinkan anak-anak untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dengan menggabungkan berbagai jenis stimuli.

Pemahaman tentang tipe-tipe belajar anak membantu guru dan orang tua dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan memperhatikan kebutuhan individual setiap anak. Namun, penting untuk diingat bahwa preferensi belajar anak dapat berubah seiring waktu dan bahwa pendekatan yang beragam seringkali lebih efektif dalam memfasilitasi pembelajaran yang komprehensif dan berkelanjutan.

Sedangkan jika mengambil sumber dari Teacher Made melalui laman mereka berjudul Multimodal Learning vs Learning Styles, maka akan didapatkan daftar yang sedikit berbeda, yaitu: kinestetik, visual, auditori dan membaca/menulis

Mana yang lebih menari, atau mana yang lebih benar, maka itu semua tergantung dari sudut pandang yang diambil. 

Beberapa Poin Penting terkait Isu Gaya Belajar Siswa

Secara singkat, berikut adalah uraian mengenai kontroversi isu gaya belajar siswa dimana hal ini mengundang kritik dari banyak ahli: 

  • Pelabelan. Jika penerapan klasifikasi gaya belajar ini dilakukan secara serampangan, maka bisa jadi terjadi pelabelan yang sembrono dari guru kepada siswa mengenai cara belajar yang harus mereka lakukan. 
  • Siswa bisa menjadi tidak optimal dalam mengeksplorasi potensi diri mereka karena mereka terdoktrin adalah sosok dengan gaya belajar tertentu.
  • Pada dasarnya, sesuai dengan waktu, siswa akan menjadi lebih bijak untuk mengikuti pembelajaran sehingga bisa dicurigai bahwa penggolongan macam gaya belajar ini tidak tepat. 
  • Tidak semua mata pelajaran atau topik pembelajaran harus dilakukan dengan cara yang terkait pembelajaran VAK. 

Variasi Gaya Belajar Vs Teori Kecerdasan Majemuk 

teori gaya belajar dan kecerdasan majemuk
teori gaya belajar dan kecerdasan majemuk

Akhirnya saat membicarakan perihal gaya belajar ini, ada baiknya untuk mengingat kritik atas teori kecerdasan majemuk dari Howard Gardner yang cukup fenomenal.

Benarkah ada delapan kecerdasan majemuk (direvisi di kemudian hari menjadi sembilan) dan seperti apa bakat atau takdir tersebut bisa disebut potensi yang wajib dituruti? Ada anekdot yang menyatakan bahwa sangat tidak bijak mengajari ikan untuk terbang mapun memanjat pohon tetapi ingatlah bahwa siswa bukanlah ikan. Mereka lebih kompleks dan berharga untuk disimplifikasi ke dalam anekdot itu. 

Salam Pendidikan!

Disclaimer: Tulisan ini dibuat dengan penghormatan penuh pada semua tokoh-tokoh yang sudah disebut yang bisa jadi karya-karya mereka sangat asing bagi para pendidik di Indonesia, termasuk mungkin saja para calon guru yang menulis skripsi terkait isu ini dan menempatkan karya-karya akademik tersebut dalam daftar pustaka.

Esai Edukasi sebagai website pendidikan memandang perlu bagi pembaca untuk meluangkan waktu mengunjungi sumber-sumber di atas yang mana memang berisi argumen serta opini berbobot yang diharapkan mampu lebih memberikan warna bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. (esaiedukasi.com)

Guritno Adi
Guritno Adi Penulis adalah seorang pengajar dan penulis. Lulus dan mendapat gelar sarjana dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, penulis tidak hanya fokus berkegiatan di dalam kelas, tetapi juga terus berproses demi meningkatkan kualitas diri, termasuk mengikuti berbagai seminar dan pelatihan di bidang pendidikan, pedagogis, edutech, teori pembelajaran, literasi digital, literasi keuangan, bisnis hingga sastra.

24 komentar untuk "Mengenal Macam-Macam Gaya Belajar Anak, Apakah Benar Ada?"

Comment Author Avatar
Baru beberapa hari lalu ada temen yang nanya, dulu aku rajin belajar atau nggak, dan setelah dipikir aku males banget belajar haha, walau kata temenku anak cowok biasanya begitu. Aku baru ngerasa beneran belajar tuh pas kuliah, pasca IP anjlok di semester pertama haha.

Tapi kalau dari yang ditulis di atas, kayaknya dulu aku termasuk yang gabungan. Visual bisa, verbal bisa, juga aspek-aspek penunjang lain, kayak gurunya asyik/nggak dsb. Hebatnya lagi, makin bertambah canggihnya ilmu, minat seorang anak sudah bisa dideteksi sedini mungkin biar bisa mengarahkan dengan tepat ya dalam belajar.
Comment Author Avatar
Terima kasih sudah berbagi pengalaman yang relate banget. Banyak siswa yang baru “ngeh” soal gaya belajar anak atau bahkan gaya belajar dirinya sendiri justru setelah kuliah, apalagi setelah IP sempat bikin kaget. Dari cerita kamu, memang terlihat cocok dengan gaya belajar gabungan—kombinasi visual, auditori, dan faktor suasana belajar yang nyaman dari guru.

Menariknya, sekarang sekolah sudah mulai mengenalkan metode pembelajaran yang lebih variatif, jadi potensi dan kecenderungan belajar bisa terlihat lebih cepat. Ini membantu banget supaya proses belajar lebih efektif dan nggak terasa membebani.

Kalau penasaran eksplorasi tipe belajar lainnya, kamu bisa cek artikel pendidikan lainnya di esaiedukasi.com—siapa tahu ada insight tambahan buat memahami gaya belajar secara lebih mendalam.
Comment Author Avatar
Kalau anakku beda-beda dan keknya agak laen cara belajarnya.
Yang satu nyaris ngga pernah belajar di rumah. Bahkan saat ujian tapi qaadarullah rangking 3 besar terus. Ngga tau juga kalo dia ngulang pelajarannya di sekolah.
Nah yang satu lagi rada cuek. Kalo guru menjelaskan, dia ngbrol di belakang atau asik sendiri. tapi ketika dites eh paham dong...:D
jadi kesimpulannya aku ngga pernah nyuruh anak2 belajar. Selain mereka udah pasti nolak, kalo dipaksa akan berpotensi kami berantem haha
jadi biarkan saja....
Comment Author Avatar
Seru sekali membaca ceritanya. Memang setiap anak punya gaya belajar anak yang berbeda, dan kadang tidak selalu terlihat dari apakah mereka rajin belajar di rumah atau tidak. Ada yang tipe auditori—cukup mendengar penjelasan guru saja sudah terserap. Ada pula yang lebih kinestetik atau bahkan gaya belajar gabungan, sehingga proses belajarnya tampak santai tetapi hasilnya tetap stabil.

Menariknya, anak yang tampak cuek di kelas tapi tetap paham saat dites sering punya kekuatan di sisi pemahaman konsep. Itu bagian dari variasi tipe belajar yang memang alami terjadi, dan bagusnya Anda sudah peka membaca pola mereka tanpa memaksa, sehingga pembelajaran tetap terasa ringan dan positif di rumah.

Kalau ingin memahami lebih banyak tentang strategi mendampingi anak dengan karakter belajar yang berbeda, Anda bisa jelajahi artikel lain di esaiedukasi.com—banyak insight menarik soal metode dan pendekatan belajar yang bisa membantu orang tua.
Comment Author Avatar
Saya waktu SD tidak pernah belajar, dan Alhamdulillah masuk 3 besar. Lalu SMP sampai STM belajar kalau mau ulangan saja hahaha. Tapi kalau dulu sudah ada internet, maka saya suka belajar dari visual. O iya, saya dulu kalau belajar, sambil dengerin radio hahaha. Tapi memang, Mas, setiap anak gaya belajarnya berbeda. Jadi tinggal disesuaikan saja. Hasilnya padti maksimal.
Comment Author Avatar
Wah, pengalaman Anda menarik sekali. Banyak orang yang baru sadar setelah dewasa bahwa sejak kecil sebenarnya sudah punya gaya belajar anak tertentu, misalnya lebih cocok dengan pendekatan visual atau bahkan sambil mendengarkan audio seperti radio—yang mirip auditori. Kombinasi cara belajar seperti itu memang umum terjadi dan sering masuk kategori gaya belajar gabungan, sehingga meskipun tidak belajar intens, materi tetap mudah masuk.

Benar sekali, kuncinya memang menyesuaikan tipe belajar masing-masing. Ketika metode belajar pas dengan karakter anak, prosesnya lebih natural dan hasilnya bisa maksimal tanpa harus dipaksa.

Kalau ingin membaca lebih dalam tentang bagaimana menyesuaikan pendekatan belajar yang efektif, Anda bisa melihat beberapa tulisan lainnya di esaiedukasi.com. Ada banyak pembahasan menarik yang bisa membantu orang tua dan guru memahami strategi belajar yang tepat.
Comment Author Avatar
saya masih mencari-cari gaya atau tipe belajar anak spesifik ke yang mana ketika ustadz yang membimbing anak masuk pondok pesantren memberikan banyak materi pembelajaran. Ustadz memberikan kebebasan anak mau pakai gaya belajar seperti apa katanya. Mau sambi jungkir balik, yg penting materi bisa dikuasai
Lah anaknya malah santai santai aja... Ini karena belum menemukan tipe pembelajaran nya mungkin ya. Jadi masih ga tahu apa tipe kinestetik, atau apa...
Comment Author Avatar
Wah, pengalaman ini pas banget menggambarkan pentingnya mengenal gaya belajar anak sejak dini. Memang, ketika anak diberikan kebebasan oleh ustadz atau guru, mereka cenderung bereksperimen dengan cara belajar sendiri—ada yang cocok dengan kinestetik, ada yang lebih visual, atau bahkan auditori. Anak yang terlihat santai mungkin sebenarnya sedang menyesuaikan diri untuk menemukan tipe belajar yang paling efektif baginya.

Menariknya, fenomena seperti ini juga menunjukkan bahwa setiap anak punya keunikan masing-masing dalam menyerap materi. Jadi pendekatan yang fleksibel—biarkan mereka mencoba dan mengeksplorasi—seringkali lebih efektif dibandingkan memaksakan satu metode tertentu.

Kalau ingin tahu lebih banyak strategi mengenali gaya belajar anak dan cara mendukung mereka supaya materi lebih mudah dikuasai, bisa eksplorasi artikel-artikel lain di esaiedukasi.com. Banyak insight praktis yang bisa dicoba di rumah maupun di sekolah.
Comment Author Avatar
Pemberian label mengenai gaya belajar ini memang jenis klasifikasi agar memudahkan para pengajar ((yang ditujukan bisa kepada orangtua, sebagai pendidik pertama dan utama, juga untuk guru)).

Namun pada praktiknya, tentu pengembangan tetap dilakukan. Karena ada fase anak bisa dilabeli dengan gaya belajar tertentu, dan ketika sudah dewasa, mereka akan menekuni gabungan dari ketiga gaya belajar yang disebutkan di atas.
Comment Author Avatar
Benar sekali, pemberian label gaya belajar anak memang lebih sebagai panduan agar orang tua dan guru bisa menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat. Namun, seperti yang Anda sampaikan, ini bukan hal kaku—anak tetap berkembang dan fleksibel. Saat dewasa, banyak yang justru menguasai kombinasi dari berbagai gaya belajar, atau gaya belajar gabungan, sehingga lebih adaptif dalam menyerap informasi.

Pendekatan seperti ini juga sejalan dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi, di mana setiap anak mendapat kesempatan untuk belajar sesuai kekuatan dan preferensinya. Menariknya, pemahaman ini membuat proses belajar lebih natural dan hasilnya pun optimal.

Kalau ingin eksplorasi lebih lanjut soal bagaimana memaksimalkan potensi belajar anak dengan gaya yang tepat, banyak artikel bermanfaat lainnya di esaiedukasi.com yang bisa dijadikan referensi.
Comment Author Avatar
Cara belajar pun berbeda sesuai dengan karakter ya Mas. Dua anakku juga punya proses belajar yang bertolak belakang meskipun mereka punya ketertarikan pada dunia yang sama. Saya sih tidak menuntut mereka untuk untuk jadi juara kelas tapi setidaknya mereka paham akan materi yang disampaikan oleh guru dengan cara mereka masing-masing.
Comment Author Avatar
Setuju banget, pengalaman Anda menggambarkan bagaimana gaya belajar anak itu sangat personal dan bisa berbeda meskipun minatnya sama. Ini juga menunjukkan pentingnya memahami tipe belajar masing-masing anak, apakah mereka lebih cocok dengan visual, auditori, atau kinestetik, atau bahkan gaya belajar gabungan.

Pendekatan seperti ini membuat anak tetap nyaman dan proses belajarnya efektif, tanpa harus dipaksa jadi juara kelas. Fokusnya memang lebih ke pemahaman materi sesuai cara belajar mereka sendiri, yang justru hasilnya sering lebih maksimal.

Kalau ingin mendapatkan tips dan strategi lebih lengkap untuk mendukung anak sesuai karakter belajarnya, bisa cek artikel-artikel lain di esaiedukasi.com. Banyak insight menarik untuk orang tua maupun pendidik
Comment Author Avatar
Ngomongin soal gaya belajar kadang emang agak sulit ya. Aku tak pernah memaksa adikku untuk belajar. Karena paham sih. Mungkin gaya belajarnya beda sama gaya belajarku dulu. Toh, dia tidak pernah kesulitan memahami pelajarannya.
Comment Author Avatar
Benar sekali, memahami gaya belajar anak memang kadang tricky karena setiap anak punya cara menyerap materi yang berbeda. Dari cerita Anda, terlihat bahwa adik Anda mungkin punya tipe belajar yang berbeda dengan Anda—bisa auditori, visual, atau bahkan gaya belajar gabungan—sehingga meski tidak dipaksa, ia tetap bisa memahami pelajaran dengan baik.

Pendekatan ini justru lebih efektif daripada memaksa, karena anak belajar dengan cara yang nyaman bagi dirinya sendiri. Jika penasaran ingin mengeksplorasi lebih banyak strategi mendukung anak sesuai gaya belajar, artikel lain di esaiedukasi.com bisa jadi referensi yang bermanfaat.
Comment Author Avatar
Gak apa sih anak-anak punya gaya belajar yang berbeda. Toh juga tiap anak kan punya kecerdasan dan kenyamanan masing-masing, yang terpenting bagaimana mendukungnya sih
Comment Author Avatar
Setuju banget, setiap anak memang punya gaya belajar anak yang unik, dan yang terpenting memang menyesuaikan metode pembelajaran dengan kecerdasan dan kenyamanan mereka. Pendekatan seperti ini membuat anak lebih mudah memahami materi dan tetap termotivasi belajar.

Selain itu, mengenali tipe belajar sejak dini juga membantu orang tua dan guru memberikan dukungan yang tepat, sehingga potensi anak bisa berkembang maksimal. Kalau ingin tahu tips lebih lanjut tentang mendukung anak sesuai gaya belajarnya, banyak artikel bermanfaat lainnya di esaiedukasi.com yang bisa dijelajahi.
Comment Author Avatar
Dari 4 anak saya, kayanya gak ada yang gaya belajarnya sama deh
Ada yang harus hening, ada yang harus sambil dengerin musik, malah ada yang sambil nonton televisi
Unik emang. saya hanya ngasih target, terserah gimana cara mencapainya (tentunya harus dengan cara jujur ya? ^^)
Comment Author Avatar
Wah, pengalaman Anda pas banget menggambarkan betapa beragamnya gaya belajar anak. Ada yang lebih cocok belajar visual dalam suasana hening, ada yang auditori sambil mendengar musik, bahkan ada yang butuh kinestetik atau stimulasi lain untuk fokus.

Pendekatan seperti yang Anda lakukan—memberi target tapi membiarkan mereka menemukan cara belajar sendiri—justru sejalan dengan prinsip gaya belajar gabungan, sehingga anak bisa maksimal sesuai karakternya. Menarik juga melihat bagaimana fleksibilitas ini mendorong mereka belajar secara jujur dan kreatif.

Kalau ingin lebih banyak insight tentang menyesuaikan tipe belajar anak agar hasil belajar optimal, esaiedukasi.com punya banyak artikel yang bisa dijelajahi.
Comment Author Avatar
Aku sendiri ternyata tipe Auditori dan Visual. Sampai sekarang, aku ingat info-info yang penyiar radio katakan saat aku remaja.

Aku percaya dengan perbedaan gaya belajar ini, karena memang setiap orang punya kelebihan, kekurangan, selera, pandangan, dan karakter yang beda-beda.
Comment Author Avatar
Wah, pengalamanmu menunjukkan dengan jelas bagaimana gaya belajar anak memengaruhi cara seseorang menyerap informasi. Tipe auditori dan visual memang efektif untuk menyimpan informasi lewat pendengaran maupun gambar, jadi wajar kalau masih ingat hal-hal dari masa remaja seperti penyiar radio.

Benar sekali, setiap orang punya keunikan masing-masing—tipe belajar, karakter, dan preferensi yang berbeda. Memahami hal ini membantu kita menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih efektif dan menyenangkan.

Kalau ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang berbagai tipe belajar dan strategi belajar optimal, esaiedukasi.com menyediakan banyak artikel bermanfaat yang bisa dijadikan referensi.
Comment Author Avatar
nah, kalo anak aku tuh sepertinya tipe yang auditori dan visual, terutama auditori nih karena kalo dengerin sesuatu tuh dia cepet banget nangkepnya
Comment Author Avatar
Menarik sekali! Dari cerita Anda, anak Anda memang terlihat dominan auditori, sehingga ia cepat menangkap informasi hanya dengan mendengar. Kombinasi auditori dan visual memang termasuk salah satu gaya belajar gabungan, yang membuat proses belajar lebih efektif karena bisa memanfaatkan kedua cara sekaligus.

Pendekatan seperti ini penting diperhatikan orang tua dan guru agar metode belajar bisa disesuaikan—misalnya memberi penjelasan verbal yang jelas sambil menambahkan ilustrasi atau visual pendukung.

Kalau ingin tahu tips lebih lengkap mendukung anak dengan tipe belajar auditori dan visual, esaiedukasi.com punya banyak artikel menarik yang bisa dijelajahi.
Comment Author Avatar
Yups setuju sekali kalau setiap anak memang unik, begitu juga metode belajar setiap anak sudah pasti berbeda-beda setiap anak
Comment Author Avatar
Betul sekali, setiap anak memang punya gaya belajar anak yang unik, dan metode pembelajaran yang efektif juga harus menyesuaikan karakter masing-masing. Perbedaan ini justru menjadi kekuatan, karena anak belajar dengan cara yang paling nyaman bagi dirinya sehingga hasilnya maksimal.

Memahami tipe belajar anak sejak dini sangat membantu orang tua dan guru dalam mendukung proses belajar mereka. Untuk tips lebih lanjut soal strategi belajar sesuai karakter anak, esaiedukasi.com punya banyak artikel bermanfaat yang bisa dijelajahi.