Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kritik Atas Teori Multiple Intelligence Howard Gardner

Dalam dunia pendidikan dan psikologi, ada satu teori yang bisa dikatakan cukup kontroversial dan fenomenal. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah teori Multiple Intellegences (MI) yang dipelopori oleh Howard Gardner.

Disebut demikian karena walau baru ditemukan pada tahun 1983, teori ini mampu mengubah cara pandang banyak orang, terutama dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak.


Apa itu Teori Kecerdasan Majemuk dari Howard Gardner?
Setiap anak memiliki talenta unik

Walau begitu, tidak berarti bahwa teori ini dapat secara umum diterima, apalagi diterapkan dan menjadi landasan absolut. Tidak sedikit pula yang kemudian memberikan kritik dan membuktikan kegagalan dari teori ini.

Perkembangan Teori Pendidikan

Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia, walaupun sering berganti kurikulum, baru bisa dikatakan efektif (atau mungkin sedikit revolusioner) sejak ditetapkannya KBK atau Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Kehadiran KBK langsung mengubah wajah pendidikan kita, seperti mengubah satuan waktu dalam tahun ajaran yang semula cawu (catur wulan) menjadi semester dan memperkenalkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Kompetensi Dasar, Standard Kompetensi dan SKM (Standard Kompetensi Minimal) kepada pendidik.

Hal yang sama juga terjadi di ranah filosofis. Butuh ratusan tahun sejak munculnya zaman resassaince bagi dunia untuk menemukan teori pendidikan revolusioner ala Paulo Freire. Sosok pedagogis asal Brazil itu mengemukakan bahwa dalam pendidikan perlu diterapkan teori analisa sosialis khas kaum Marxis-Lennis (baca: Komunis).

Di belahan bumi lainnya, tepatnya di Eropa, sosok Ivan Illich juga muncul dengan serangkaian teori yang hampir sama.

Walau begitu, ada dua teori dalam pendidikan yang hingga kini masih menjadi tulang punggung bagi sistem pendidikan di banyak negara. Dua teori tersebut adalah teori Behaviorisme dan Perkembangan Kognitif. Selama rentang waktu yang cukup lama, dua teori ini mewarnai dunia pendidikan, sebelum kemudian muncul sebuah teori fenomenal, Multiple Intelligences.
Apa Itu Teori Multiple Intelligence (MI)?

infografis Teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner
Teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner

Teori MI adalah sebuah teori pendidikan hasil karya Howard Gardner. Dalam teori tersebut, Gardner mengklasifikasikan kecerdasan atau intelligence menjadi tujuh tipe berbeda. Ketujuh tipe tersebut sekilas terlihat tidak terkoneksi bahkan bertentangan satu sama lain.

Adapun tujuh kecerdasan ala teori Gardner adalah: visual/spatial intelligence, verbal/linguistic intelligence, logical/mathematical intelligence, bodily/kinaesthetic intelligence, musical/rhythmic intelligence, interpersonal intelligence dan intrapersonal intelligence.

Penjabaran Teori Kecerdasan Majemuk

Teori MI juga gagal menjelaskan sosok Leonardo Da Vinci, pelukis yang juga seorang penemu brilian. Juga sosok Jules Verne, sastrawan yang juga bisa dikatakan seorang filsuf kawakan. Ternyata ada orang-orang yang memiliki lebih dari satu kecerdasan dalam dirinya. Hal ini jelas membantah mentah-mentah teori MI.

Salah satu poin penting dalam teori Gardner ini adalah bahwa orang tidak memiliki satu intelegensi umum yang mencakup ketujuh kecerdasan tersebut, melainkan tiap orang memiliki satu kecerdasan yang dominan dalam dirinya. (Aslinya, MI hanya mengupas 7 intelegensi. Baru tahun 1995, teori ini menjadi 8 intelegensi setelah dimasukkannya natural intelligentsia/naturalistic)

Sebagai contoh, ada anak yang memiliki kekurangan di bidang matematika, tetapi memilki kelebihan di bidang olahraga. Contoh lain, seorang yang sangat pemalu dan tidak berani tampil di depan umum tetapi memiliki kemampuan memainkan alat musik secara indah dan memukau.

Berikut adalah penjabaran singkat mengenai ketujuh kecerdasan dalam teori Multiple Intelligence ala Howard Gardner :

1. Visual / spatial intelligence

Ini adalah kemampuan bagi seseorang untuk memahami dan kemudian menjelaskan segala hal secara visual. Orang-orang yang memiliki kecenderungan kemampuan visual/spatial intelligence sangat menyukai gambar, grafik, film atau video. Mereka lebih suka jika sebuah penjelasan atau informasi diberikan dengan bantuan grafik, gambar atau video.

2. Verbal / linguistic intelligence

Ini adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata, merangkai kalimat dan menyusun penjelasan, terutama yang bertema naratif, argumentatif atau asosiatif.

Mereka dengan kecerdasan seperti ini seakan tidak pernah kehabisan kosa kata dan dapat dengan mudah menciptakan frasa-frasa memukau yang mampu memiliki kedalaman makna yang luar biasa.

Kemampuan seperti ini juga membuat mereka berpotensi menjadi orator ulung, pembicara yang elegan atau bahkan berkecimpung di bidang sastra dan politik.

Mereka juga mampu mengendalikan suatu pembicaraan, mengarahkan diskusi dan menjadi sangat dominan dalam suatu debat.

3. Logical/mathematical intelligence

Ini adalah kemampuan untuk memahami informasi yang disajikan dalam bentuk angka dan statistik. Orang-orang dengan kecerdasan logikal juga sangat menyukai operasi hitung matematika, piawai dalam permainan yang melibatkan angka dan menyukai penalaran.

Logika ilmiah bagi orang-orang dengan kecenderungan kecerdasan logikal juga menjadi landasan utama dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Mereka juga cerdas dalam hal konsep-konsep, membentuk pola-pola atau menyusun suatu alur kerja.

Selain itu, orang-orang dengan kecerdasan logikal-matematis seperti ini juga cenderung banyak bertanya, sedikit bersikap perfeksionis, suka dengan detail dan pengukuran serta gemar bereksperimen.

Kegemarannya dalam melakukan penelitian juga membuat mereka haus akan informasi dan sangat puas ketika telah menemukan sebuah hukum keteraturan atau sistem kerja.

4. Bodily / kinesthetic intelligence

Ini adalah suatu kecerdasan dalam hal fisik. Secara umum, kecerdasan tipe ini dapat dijelaskan sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, mempelajari gerakan-gerakan baru, mendayagunakan kekuatan fisik pada bagian tubuh tertentu, memahami interaksi dengan sekelilling, mampu memiliki keseimbangan motorik yang bagus dan dapat menangani tugas-tugas yang berhubungan dengan keterampilan dan ketangkasan secara baik.

Para olahragawan sering dijadikan contoh untuk tipe kecerdasan kinesthetic. Selain itu, mereka yang menyukai ketangkasan dan kerajinan serta mampu mengekspresikan diri melalui gerak tubuh yang rumit dengan baik, seperti para penari, juga sering dimasukkan dalam kategori ini.

5. Musical / rhythmic intelligence

Ini adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang membuat mereka mampu berpikir dalam bentuk ritme, harmoni melodi dan nada-nada. Ini membuat mereka mampu merangkai atau menciptakan lagu dengan baik.

Mereka memberikan respon yang baik terhadap pola ritme dan nada serta alunan musik. Mereka juga memberi respon sensitif terhadap suara yang ada di lingkungannya.

6. Interpersonal intelligence

Ini adalah kemampuan untuk menyelami perasaan orang lain. Orang dengan kecenderungan kemampuan ini mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain dan dapat dengan mudah menunjukkan rasa empati yang dalam.

Secara garis besar, mereka mampu mempertahankan suatu kekuatan untuk membuat orang lain dekat dengan mereka. Walau begitu,banyak diantara mereka yang kemudian menjadi sangat manipulatif, menggunakan kepercayaan sesorang untuk mengaburkan fakta dan opini demi kepentingan tertentu.

7. Intrapersonal intelligence

Hampir mirip dengan kemampuan interpersonal, kemampuan intrapersonal membuat seseorang mampu menyelami emosi, tetapi emosi dan keadaan batin yang ada pada dirinya sendiri. Mereka mampu berkontemplasi, berefleksi dan kemudian menarik kesimpulan dengan perenungan yang dalam. Ada yang mengatakan selain menjadi seorang penyair atau penulis, orang-orang dengan kemampuan tipe ini mampu menjadi filsuf atau rohaniawan.

Kritik Terhadap Teori Multiple Intelligence

Potret Mr Howard Gardner, Penemu Teori Kecerdasan Majemuk
Mr Howard Gardner, Penemu Teori Kecerdasan Majemuk

Sejak kemunculannya, bersamaan dengan buku berjudul Frames of Mind, teori MI ala Gardner telah memancing perdebatan sengit. Ada yang mendukung habis-habisan, ada pula yang mencelanya. Para penganut teori pembiasaan (conditioning) menganggap Gardner telah berteori terlampau jauh sehingga dengan lancang membagi-bagi kecerdasan manusia sesempit itu.

Memang ketujuh kecerdasan yang digagas Gardner belum final. Mungkin suatu saat nanti, para pengikutnya akan menambahkan beberapa kecerdasan tambahan. Tetapi masalahnya, bagi para pengikutnya, diversifikasi semacam ini hanya akan memagari sistem pendidikan jika diterapkan dalam dunia nyata.

Sebagai contoh bagaimana dengan orang yang menyukai olahraga, masuk sekolah khusus olahraga, tetapi setelah beberapa tahun baru menyadari ternyata bakatnya adalah berhitung dan menganalisis.

Penerapan secara gegabah, seperti penentuan tes bakat minat sejak anak yang bahkan belum bisa berbicara sekalipun, sungguh harus dipertimbangkan sejak matang. Bukankah semuanya dapat berubah, termasuk minat dan bakat seseorang?

Teori MI juga gagal menjelaskan sosok Leonardo Da Vinci, pelukis yang juga seorang penemu brilian. Juga sosok Jules Verne, sastrawan yang juga bisa dikatakan seorang filsuf kawakan. Ternyata ada orang-orang yang memiliki lebih dari satu kecerdasan dalam dirinya. Hal ini jelas membantah mentah-mentah teori MI.

Hal yang paling mendasar yang ditujukan pada teori MI adalah tidak adanya kejelasan, apakah ketujuh kecerdasan itu bekerja sendiri atau saling terkait? Hal ini karena sulit untuk mengukur setiap kecerdasan yang disebutkan, selain kecerdasan logical dan verbal/spatial. Belum ada tes yang mampu mencakup serangkaian instrumen untuk mengukur kecerdasan itu secara absolut.

Mengambil Sisi Positif

Walau ternyata banyak sekali kritik yang ditujukan, tetapi Gardner telah menyumbangkan sesuatu yang sangat berguna bagi dunia pendidikan dan psikologi.

Teori MI membuat banyak orang sadar untuk tidak melakukan justifikasi dan pelabelan “bodoh” pada orang-orang yang gagal mengembangkan prestasi akademiknya di sekolah formal, tetapi kemudian melejit penuh kesuksesan setelah banting stir dan mendalami bidang yang menjadi bakatnya.

Intinya, mari kita ambil segala nilai positif, apapun itu, demi perkembangan dunia pendidikan. Karena seperti kata pepatah kuno, Pantha Rhei, semua mengalir.

Bacaan lebih lanjut : 

Guritno Adi
Guritno Adi Penulis adalah seorang praktisi, inovator dan pemerhati pendidikan. Memiliki pengalaman terjun di dunia pendidikan sejak 2007. Aktif menulis di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Blog yang sedang Anda baca adalah salah satu situs miliknya. Memiliki kerinduan untuk melihat generasi muda menjadi generasi pemenang yang siap menyongsong era Industri 4.0

Posting Komentar untuk "Kritik Atas Teori Multiple Intelligence Howard Gardner "