Widget HTML #1

Kreatifitas Adalah Energi Yang Tak Akan Pernah Mati

Insight: Artikel ini adalah sebuah refleksi penulis tentang kreatifitas dan proses kreatif. Terkadang kita terpaku pada hal-hal absurd yang pada dasarnya hanya akan mengekang kreatifitas kita.

Salah satu penderitaan terbesar bagi seseorang yang hidup dalam penjara adalah hilangnya kebebasan. Entah itu kebebasan untuk bertemu dengan orang yang mereka sayangi, kebebasan untuk mengunjungi tempat-tempat yang mereka inginkan terlebih kebebasan untuk berkarya. Ada tembok yang sangat tebal di sana, yang memisahkan mereka dengan dunia luar. Ada kerangkeng besi di situ, yang mengkungkung raga bahkan juga jiwa mereka. Andai bisa berkreasi, tentu tak semaksimal jika mereka hidup di luar penjara.
Sayangnya, hal yang sama sering aku, atau mungkin juga kita, rasakan. Tak ada tembok atau yang membatasiku, pun juga dengan rantai yang membelengguku, tapi nyatanya hari ke hari berlalu seperti seorang pesakitan dalam penjara. Tak bermakna. Tak berguna.


Ada begitu banyak cita dalam pikiran. Pun rencana dan konsep sudah tergambar jelas. Hanya saja, sebuah masalah kecil nan klise masih menjadi penghalang. Ketidakmampuan untuk mengubah ide menjadi kenyataan. Ide-ide tersebut, alih-alih menjadi sebuah proyek yang didalamnya aku berkembang secara kreatif, mati.
Alhasil, alih-alih mengubah energi kreatif yang terangkum dalam ide-ide tersebut, diriku justru terkapar dalam posisi paling menyedihkan. Larut dalam kesia-siaan. Hilang dalam kehampaan. Lalu berubah menjadi onggokan makhluk tak berguna. Ya, makhluk yang gagal berkreasi adalah makhluk tak berguna. Biarlah ia menjadi yang terbuang dari kumpulannya dan tak termasuk dalam bilangan-bilangan manusia.
▪Kreatifitas adalah energi▪
Jika kreatifitas adalah energi dan ide adalah materinya maka produktifitas adalah ukurannya. Semua harus mampu diukur. Harus bisa dilihat pencapaiannya. Karena selama itu adalah bagian dari dunia yang kelihatan ini, maka ia harus bisa diindra.
Sama seperti sains mengenal energi sebagai sesuatu yang abadi, maka kreatifitas dalam kehidupan manusia adalah juga abadi. Ia tidak musnah, hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Seperti anak katak, ia hanya melompat, dari satu dimensi ke dimensi yang lain. Lalu seperti nuklir, ia kuat dan siap untuk meledak.
Apapun bentuknya, kreatifitas adalah energi yang hebat. Sedang ide adalah materinya. Kreatifitas seumpama energi yang mengubah ide dalam pikiran seorang ibu yang ingin anaknya tampil lucu. Lalu dengan tangan-tangan terampilnya, proses kreatif itu muncul, menghasilkan lusinan baju-baju cantik yang membuat si bayi makin menawan.
Kreatifitas adalah energi yang merubah ide seorang pria yang ingin menunjukkan betapa ia rindu sebuah rumah yang hebat. Lalu dari proses beradunya tangan, pikiran dan hati, ide itu mengejewantah menjadi sebuah rumah yang ia idam-idamkan.
Kreatifitas pula yang mengubah manusia dari sekelompok makhluk pemburu mammoth menjadi masyarakat yang memiliki sopan-santun dan sistem norma. Sesuatu yang tidak pernah terpikir sebelumnya. 
Jika kreatifitas adalah energi dan ide adalah materinya maka produktifitas adalah ukurannya. Semua harus mampu diukur. Harus bisa dilihat pencapaiannya. Karena selama itu adalah bagian dari dunia yang kelihatan ini, maka ia harus bisa diindra.
Lalu bagaimana dengan manusia-manusia yang tidak memiliki ide, enggan menggunakan energi kreatifitasnya? Ya, bukan ingin berkata kasar, tapi jelas jenis yang demikian niscaya bukanlah insan-insan produktif. Lalu untuk apa harus berbagai oksigen dan tempat hidup dengannya?
Kreatifitas, seperti sebuah energi, akan merubah dunia menjadi lebih indah. Tetapi membiarkannya mati, akan merubahnya. Karena pada dasarnya energi tidak akan mati. Ia kekal. Ia hanya berubah, dari energi postif menjadi energi destruktif. Energi yang menghancurkan.
Janganlah kita membuat penjara imajiner kita sendiri. Jebol. Lompati. Tinggalkan. Jadilah insan kreatif. Seorang manusia yang layak untuk berbangga. Seorang insan yang layak untuk bernafas menghirup udara karena sudah memenuhi naturnya.
Maka menjadi kreatif adalah sebuah kewajiban. Dan selanjutnya secara otomatis akan menjadi produktif. Entah itu mengubah kata menjadi bait-bait puisi, memendam biji cabe menjadi tanaman yang menghasilkan, mengolah pekarangan yang ditumbuhi semak belukar menjadi taman yang indah, mencerdaskan kehidupan manusia-manusia disekitarnya, atau sekedar membersihkan apa yang perlu dibersihkan.
Kreatifitas haruslah terus diolah. Ia harus terus digunakan. Energi positif ini tidak boleh menjadi negatif, terlebih destruktif.
Karena pada dasarnya, kreatifitas adalah natur manusia. Makhluk berakal budi, yang membuat mereka berbeda dengan hewan. Yang membuat mereka seolah-olah sebagai satu-satunya yang mengerti alam, sehingga bebas mengolahnya.
Baca Juga Artikel Menarik lainnya: 

Kembali kepada urusan penjara. Janganlah kita membuat penjara imajiner kita sendiri. Jebol. Lompati. Tinggalkan. Jadilah insan kreatif. Seorang manusia yang layak untuk berbangga. Seorang insan yang layak untuk bernafas menghirup udara karena sudah memenuhi naturnya.

Jikalau hanya berpangku tangan dan meluruskan kaki tanpa keinginan, ide, cita-cita dan harapan untuk hari esok yang lebih baik. Lalu memberi makan kemalasan dan keengganan untuk berkreasi. Perlu diingat, kukang saja masih jauh lebih hebat dalam melakukannya. Padahal mereka tak berakal seperti manusia.

Konklusi: Jadilah kreatif. Karena menjadi kreatif adalah sebuah natur manusia. Sebuah kewajiban. 
Guritno Adi
Guritno Adi Penulis adalah seorang praktisi, inovator dan pemerhati pendidikan. Memiliki pengalaman terjun di dunia pendidikan sejak 2007. Aktif menulis di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Blog yang sedang Anda baca adalah salah satu situs miliknya. Memiliki kerinduan untuk melihat generasi muda menjadi generasi pemenang yang siap menyongsong era Industri 4.0

Posting Komentar untuk "Kreatifitas Adalah Energi Yang Tak Akan Pernah Mati"